Rabu, 13 Juni 2012


10 Kota Paling Dibenci, Jakarta Nomor Tujuh

Situs berita CNN meranking kota-kota yang paling dibenci di dunia dalam sebuah artikelnya. Jakarta, duduk dalam urutan ke tujuh setelah kota Lima, Peru.
Dalam penjelasannya, CNN menyebut kota yang paling 'dibenci' bukan berarti yang terburuk. Namun setidaknya, ketika orang menyebut 10 kota yang paling dibenci di dunia, nama-nama kota itu selalu disebut.
Jakarta, disebut CNN sebagai "Durian Besar"; buah yang berbau menyengat dan butuh 'perjuangan' untuk menikmatinya.
»Ini adalah kota yang paling diharap dalam perspektif traveler karena penuh kejutan dan kesulitan," kata seorang ekspatriat dari TripAdvisor yang mengaku perlu enam bulan untuk 'mencintai' Jakarta.
Menurut CNN, sebanyak 8 juta wisatawan datang tiap tahun ke kota ini sebelum melanjutkan ke tujuan wisata lain seperti Bali, Yogyakarta, dan Sumatra. Di Jakarta, mereka rata-rata menghabiskan waktu 7,84 hari.
Yang paling dipersoalkan, kata CNN, adalah kondisi lalu lintasnya, polusi, kemiskinan, dan tak ada 'pemandangan' lain selain epidemi mal.
Berikut ini daftar kota yang paling dibenci versi CNN dari urutan yang terkecil skornya:
10. Belize City, Belize
Kurang dari tiga jam penerbangan dari Dallas, Belize kerap disebut sebagai "Karibia yang lain". Kejahatan, narkoba, kebobrokan, dan calo yang jail adalah tagline lain kota ini.
9. Kairo, Mesir
Tidak cukup baik untuk disukai, tapi tidak cukup buruk untuk dihindari, begitu CNN menyebut kota ini. Polusi udara, pengemudi yang ugal-ugalan, penduduk yang padat, dan kondisi politik yang belum stabil, adalah hal yang paling tak menarik dari kota ini. CNN mengutip laporan Organisasi Kesehatan Dunia terakhir yang menyamakan menghirup udara kota ini sama dengan merokok sebungkus sehari.
8. New Delhi, India
Para pedagang asongan dianggap sebagai hal yang paling tak menarik dari kota ini. Selain itu adalah penipuan di jalanan. "Hal yang perlu dilakukan ketika berkunjung adalah hindari calo di Delhi," tulis traveldudes.org.
7. Jakarta, Indonesia
Lalu lintas yang ruwet, polusi, dan kekumuhan adlah hal yang dianggap paling tak menarik dari kota ini.
6. Lima, Peru
Adalah kota metropolitan terbesar kelima di Amerika Latin. Agak lebih aman dari Sao Paulo dan memiliki pantai yang lebih indah dari La Paz, namun Lima dianggap membosankan, selain karena kabut asap dan ketidakamanannya.
5. Los Angeles, Amerika Serikat
Kerap dipelesetkan sebagai Lots Angry. Kota megalopolis ini memiliki sekitar 90 sub-kota, lebih dari 20 jalan tol yang sakit, kode area yang tak terhitung jumlahnya dan setengah juta mal. Gempa bumi, kerusuhan ras, lalu lintas yang membosankan, laporan asap, dan deru sirene yang sering terdengar dianggap sungguh membosankan. Satu-satunya 'perangkap wisata' kota ini adalah Hollywood.
4. Timbuktu, Mali
Satu abad lalu, wisatawan dunia berjuang mencapai pusat perdagangan trans-Sahara ini. Namun kini kota ini dianggap begitu terpencil dan tidak spektakuler. Menurut survei Inggris terbaru, sepertiga dari masyarakat tidak percaya bahwa Timbuktu benar-benar ada.
3. Paris, Prancis
Kota ini bisa menjadi "paling dicintai" tapi juga bisa "kota yang dibenci". Yang tak disukai orang dari Paris selain dari stereotip pelayan yang kasar adalah kebiasaan merokok warganya. Selain itu, kebiasan 'menggombal' warganya. "Jangan terlalu mudah tersanjung ketika Anda mendekati Place du Tertre di Montmartre, dan diberitahu bahwa Anda memiliki rambut yang menarik," seorang responden mengingatkan.
2. Sydney dan Melbourne, Australia
Sekitar 4 juta warga tersebar di pusat kota, harga rumah yang tinggi, sesekali kebakaran hutan, dan kebencian intens adalah ciri kedua kota ini. Namun jangan dinafikan juga bahwa tahun lalu, The Economist memeringkat Melbourne sebagai "Kota Dunia Paling Layak Huni" Melbourne dengan 97,5 poin. Sydney berada di urutan keenam dalam survei yang sama dengan 96,1 poin.
1. Tijuana, Meksiko
Menurut laporan Worldfocus terakhir, angka kunjungan wisata ke Tijuana  menurun drastis sebanyak 90 persen dalam waktu kurang dari 10 tahun.
Kekerasan. Kartel narkoba. Resesi. Terakhir wabah flu babi. Itulah frase yang terkait dengan kota iniJika setiap tempat dapat pulih dari semua ini, CNN memprediksi peringkat Tijuana bisa lebih baik.

Kanada Negara G20 Terbaik buat Perempuan, India Terburuk

Ilustrasi jenis kelamin (Foto: Thinkstock)Kebijakan yang mempromosikan kesetaraan gender, perlindungan terhadap kekerasan dan eksploitasi, serta akses kesehatan membuat Kanada jadi tempat terbaik buat perempuan di antara ekonomi-ekonomi terbesar dunia. Hasil ini diperoleh dari jajak pendapat global yang dilakukan terhadap para pakar.

Sementara pembunuhan terhadap bayi karena jenis kelamin, pernikahan anak, serta perbudakan menjadikan India negara terburuk di dunia buat perempuan.

Jerman, Inggris, Australia, dan Prancis juga masuk dalam daftar lima negara teratas dari kelompok G20 yang terbaik buat perempuan. Ada 370 pakar gender yang diwawancara oleh TrustLaw, layanan berita hukum yayasan Thomson Reuters.

Amerika Serikat ada di posisi enam, tapi ada pendapat yang terpecah akan semakin mengkhawatirkannya pemenuhan hak reproduksi di AS serta akses kesehatan murah.

Saudi Arabia, meski perempuannya memiliki tingkat pendidikan yang baik, dilarang mengendarai mobil, dan baru boleh memilih pada Pemilu di 2011, adalah yang terburuk kedua setelah India. Indonesia menjadi negara terburuk ketiga, kemudian Afrika Selatan (terburuk keempat), dan Mexico (terburuk kelima).

Polling ini diluncurkan sebelum pertemuan kepala negara G20 di Mexico, 18-19 Juni, menunjukkan bahwa realita buat wanita di banyak negara semakin buruk meski sudah ada undang-undang atau pakta yang mendukung hak-hak perempuan.

"Di India, wanita dan anak-anak perempuan dijual, dinikahkan pada usia 10, dibakar hidup-hidup karena konflik mahar, lalu anak perempuan dieksploitasi sebagai buruh rumah tangga," kata Gulshun Rehman, konsultan program kesehatan dan pembangunan di Save the Children UK, salah satu yang diwawancara untuk jajak pendapat ini.

"Ini terlepas dari adanya Undang-undang Antikekerasan Domestik yang progresif pada 2005, melarang segala jenis kekerasan kepada wanita dan anak-anak perempuan."

TrustLaw juga meminta tenaga profesional, akademi, pekerja kesehatan, pembuat kebijakan, wartawan, dan pakar pembangunan dengan spesialisasi gender, untuk memberi peringkat pada 19 negara di G20 akan tempat terbaik dan terburuk jadi perempuan.

Yang dilihat adalah kualitas pelayanan kesehatan, bebas dari kekerasan, partisipasi politik, kesempatan di tempat kerja, akses ke pendidikan dan hak kepemilikan, serta kebebasan dari perdagangan manusia dan perbudakan.

Kanada dinilai memiliki akses ke kesehatan, tingkat pendidikan yang baik, dan undang-undang untuk melindungi perempuan, serta tidak membolehkan pernikahan dini.

Amerika Serikat, meski punya undang-undang hak sipil serta antikekerasan domestik, menyediakan akses ke pendidikan serta kesetaraan di tempat kerja, tapi akses terhadap kontrasepsi serta aborsi masih dibatasi. Perempuan pun di AS masih mengalami pembatasan akses terhadap layanan kesehatan murah.

Meski polling ini berdasarkan persepsi dan bukan statistik, data PBB mendukung persepsi para pakar tersebut.

Indeks Ketidaksetaraan Gender (Gender Inequality Index-GII) yang melihat kesehatan reproduksi, pasar tenaga kerja, serta pemberdayaan perempuan memberi peringkat yang sama terhadap tiga negara yang disebut di atas sebagai tempat terburuk bagi perempuan (India, Saudi Arabia, dan Indonesia).

Meski, dalam peringkat GII ini, Saudi Arabialah yang terburuk, baru India jadi negara terburuk kedua.

Ketika dibandingkan untuk negara terbaik bagi perempuan, peringkat GII tidak sama dengan data di atas. Menurut GII, Jerman, Prancis, dan Korea Selatan adalah tiga negara terbaik. Kanada menjadi nomor tujuh, dan Amerika Serikat di peringkat 10.

Berikut peringkat lengkapnya:
1. Kanada
2. Jerman
3. Inggris
4. Australia
5. Prancis
6. Amerika Serikat
7. Jepang
8. Italia
9. Argentina
10. Korea Selatan
11. Brasil
12. Turki
13. Rusia
14. Cina
15. Meksiko
16. Afrika Selatan
17. Indonesia
18. Arab Saudi
19. India

Pasar Trajan: Permata yang Diabaikan di Jantung Kota Roma


Di sebuah jalan yang padat, tempat para wisatawan berjalan-jalan di jantung kota Roma kuno, terdapat sebuah pintu masuk ke salah satu monumen Kota Abadi yang paling luar biasa dan diabaikan: Pasar Trajan.

Dibangun pada abad kedua sebagai sebuah rangkaian kantor berkubah, kompleks arsitektur tersebut berfungsi sebagai benteng, biara dan barak selama berabad-abad.

Ini dia salah satu pusat administrasi tertua di dunia, Pasar Trajan. (AFP Photo/Gabriel Bouys)Berlokasi di lereng bukit yang menghadap ke Forum Romawi, monumen yang sudah berusia hampir 2.000 tahun tersebut menawarkan pemandangan spektakuler dari Koloseum.

Situs itu sering disebut sebagai "pusat perbelanjaan tertua di dunia," namun julukan tersebut adalah sesuatu yang keliru karena tempat itu tidak pernah menjadi pasar utama bagi Kekaisaran Roma, ujar direktur situs, Lucrezia Ungaro, kepada AFP.

"Tempat itu seperti sebuah pusat administrasi besar untuk mengelola Forum Trajan yang terletak tepat di sampingnya. Anda harus membayangkan kantor-kantor, ruang rapat yang ramai oleh pegawai negeri," ujarnya.

Monumen itu terdapat dalam kawasan seluas ribuan meter persegi dan dibagi menjadi enam lantai dengan puluhan lengkungan. Tiga jalur untuk pejalan kaki melewati tempat tersebut, antara lain Via Biberatica kuno, yang diaspal dengan blok basal yang besar dan kuat.

Kaisar Trajan berkuasa antara abad 53 hingga 117 dan terkenal lewat bangunan publiknya yang luas, serta penaklukan yang memperluas kekaisaran tersebut.

Pilar Trajan di sebelah pasar merupakan simbol untuk memperingati kemenangannya dalam Perang Dacia ketika Roma mengambil alih kekuasaan di daerah yang luas antara Laut Hitam dan Laut Adriatik.

Aula Besar (Great Hall) yang megah memiliki pemandangan yang paling spektakuler namun wisatawan yang lelah juga dapat menemukan tempat untuk bersantai di Taman Milisi, sebuah surga di tengah lalu lintas padat di Roma untuk melihat Menara Milisi yang dibangun pada abad pertengahan.

Menara berbata merah — tertinggi di Roma — ini dibangun antara abad ke-12 dan ke-13 oleh keluarga bangsawan yang mengubah situs tersebut menjadi sebuah benteng.

Pada abad ke-16, kawasan itu kembali diambil alih oleh sekelompok biarawati Dominika yang mengubahnya menjadi sebuah biara yang bertahan selama tiga abad.

Setelah penyatuan Italia dan pengambilalihan banyak bangunan Gereja Katolik pada abad 19, tempat tersebut berubah menjadi sebuah barak militer.

Penggalian arkeologi pada abad 20 mengembalikan monumen tersebut menjadi mirip dengan keadaan semula dengan menghilangkan penambahan yang dibuat selama berabad-abad.

Aula Besar kini terbuka untuk umum dan menjadi tempat pameran sementara serta kegiatan kebudayaan dan konser namun masih jarang diminati oleh para wisatawan.

"Orang rata-rata liburan di Roma selama tiga hari, dan wisatawan cenderung berkonsentrasi pada monumen yang paling terkenal," kata Ungaro, seraya menambahkan "Mungkin mengunjungi sebuah monumen juga merupakan sebuah pilihan hemat."

Biaya masuk untuk Pasar Trajan adalah 11 euro (sekitar Rp129 ribu), sedangkan tiket seharga 12 euro (sekitar Rp 141 ribu) berlaku bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Koloseum, Forum Romawi dan Bukit Palatine.

Ada sebuah rencana yang sudah lama diperdebatkan untuk memperluas pemandangan Pasar Trajan, misalnya dengan membuka pintu masuk langsung dari Forum Romawi di bawah monumen, daerah yang menarik ribuan wisatawan setiap hari.

Namun rencana tersebut menemui kendala pendanaan dalam situasi perekonomian yang sedang sulit sekarang karena anggaran budaya negara tersebut telah dipotong guna menghadapi krisis utang.

Tampaknya Pasar Trajan, setidaknya untuk saat ini, akan tetap menjadi tempat di mana pengunjung dapat bersantai menikmati sejarah kuno dalam surga yang tenang.